Mantan pelatih Timnas Indonesia U-19, Fakhri Husaini, meminta publik tidak berlebihan dalam memberikan pujian kepada pemain naturalisasi.
Menurutnya, sepak bola adalah permainan 11 pemain. Semua pemain memiliki andil dalam keberhasilan, termasuk pemain lokal.
Namun, menurut pengamatan Fakhri Husaini, ketika Timnas Indonesia memetik sebuah keberhasilan atau kemenangan, yang mendapatkan pujian lebih adalah pemain naturalisasi.
Ketidakimbangan porsi pujian tersebut dianggapnya bisa membuat pemain lokal sakit hati.
“Pesan saya, tak perlu berlebihan memberikan pujian kepada naturalisasi karena tanpa disadari pujian berlebihan bisa menyakiti pemain lokal, ini sepak bola 11 orang,” kata Fakhri dalam jumpa pers di Swiss Belhotel, Surabaya, pada Selasa (14/11/2023), dikutip dari Kompas.com.
“Namun, ketika pujiian berlebihan kepada pemain naturalisasi, seolah-olah keberhasilan kita hanya karena mereka. Kalian melupakan bagaimana hebatnya Rizky Ridho, Nadeo Argawinata, Ernando Ari,” imbuhnya.
Fakhri Husaini terkadang juga merasa ‘geram’ dengan netizen yang ‘sok tau’. Ia yakin netizen yang memberikan penilaian pedas belum tentu pernah bermain sepak bola dalam hidupnya.
“Semua bisa menjadi wartawan, netizen bisa menjadi wartawan, bahkan analisa mereka lebih hebat dari wartawan,” kata Fakhri dalam jumpa pers di Swiss Belhotel, Surabaya, pada Selasa (14/11/2023).
“Ya bahkan lebih parah lagi mereka berikan komentar soal sepak bola, teknik, taktik, penampilan timnas, soal naturalisasi lebih bagus, lokal jelek,” imbuhnya.
“Itu bisa jadi sepanjang umurnya belum pernah menendang bola, tetapi sudah bisa memberikan penilaian seperti itu,” tuturnya menambahkan.
Timnas Indonesia kini semakin kuat setelah adanya kombinasi antara pemain lokal, keturunan, dan naturalisasi dalam tim. Kehadiran pemain keturunan seperti Jordi Amat, Sandy Walsh, hingga Shayne Pattynama membuat publik semakin optimis dengan masa depan Garuda.