Menangani Timnas Indonesia rupanya tak cukup hanya dengan latihan dan penerapan startegi. Ada yang tidak kalah penting dan krusial, yaitu menyatukan pemain lokal dan keturunan.
Seperti diketahui, Timnas Indonesia saat ini mengkombinasikan kekuatan pemain lokal dan keturunan. Perbedaan kultur dan bahasa membuat keduanya tak bisa langsung nyetel.
Menurut cerita Nova Arianto selaku asisten pelatih Timnas Indonesia, semua pemain diakui belum bisa menyatu pada awalnya. Saat duduk atau makan, cenderung keturunan dengan keturunan, lokal dengan lokal.
“Kalau di awal itu memang ada (kubu-kubuan) karena proses adaptasi mereka dengan pemain lokal. Kita tahu orang Indonesia pemalu. Kalau ‘gue duduk di sana, ngomong pakai bahasa Inggris, gue gak bisa’,” ujar Nova Arianto di YouTube Si Paling Timnas.
“Akhirnya terbentuk mereka sendiri, kita sendiri,” lanjutnya.
Kondisi ini membuat tim pelatih Timnas Indonesia memutar otak demi kekompakan tim. Salah satu cara yang dilakukan adalah mencampur pemain saat makan dengan nama masing-masing.
Cara itu mulai diterapkan saat pemusatan latihan (TC) Timnas Indonesia di Turki dan tampak berhasil.
“Tapi terakhir saat TC di Turki kita mengamati apa yang bisa membuat mereka jadi satu. Akhirnya waktu itu kita kasih nama di meja makan,” ujar Nova Arianto.
“Di situ ada Jordi Amat sebelahnya Rizky Ridho, sebelahnya Shayne, sebelahnya lagi Asnawi. Jadi satu meja, bisa ada pemain lokal dan keturunan. Semua jadi satu,” lanjutnya.
“Kita ingin pemain lokal dan naturalisasi bisa menjadi satu. Akhirnya tim mulai berubah. Mau tidak mau pemain akhirnya ngobrol dan mereka sharing,” tuturnya menambahkan.
Nova Arianto kini mendapatkan tugas baru dari PSSI. Ia dipercaya untuk menangani Timnas Indonesia U-16 yang akan berjuang pada gelaran Piala AFF U-16 dan Kualifikasi Piala Asia U-17.